Tadi, baru saja gw terlibat obrolan yang menarik sama teman gw berkaitan dengan vending machine. Bukan, gw bukan ngomongin tentang cemilan apa saja yang ada di vending machine kampus, atau vending machine mana yang paling banyak makanannya. Gw dan dia ngomongin apa yang lo lakukan kalo ada makanan di vending yang stuck, dan lo tau pemiliknya. Apa yang akan lo perbuat? Kembaliin ke pemiliknya (which is lo tau orangnya) atau embat aja? Alias makan sendiri.
Buat dia, walaupun itu kecil (permen atau cemilan) tetap saja harus dikembalikan. Namanya juga punya orang. Permen itu sama dengan dompet, kalau hilang tetap aja ada rasa kecewa dan kehilangan.
Sementara buat gw, gw sih gak munafik, reaksi spontan gw adalah ambil barang tersebut karena secara gak langsung itu sudah jadi hak lo. Itu sudah jadi rezeki kita. Dan juga beda kadar, walau kadar itu relatif yah. Karena nyangkutin ke dompet, gw bilang kalau kadar permen dan dompet beda banget. Dompet kalau hilang kita bisa nangis2, blokir aneka kartu. Tapi kalau permen kita bisa beli lagi. Trus dia bilang, kalau permen itu dibeli dengan uang terakhir gimana? Ya jawaban gw simple: apes! Itu namanya nasib.
Terlepas dari masalah kepemilikkan, buat gw vending itu bisa juga untuk ngeliat nasib kita, hehehehe..
Kalau makanannya stuck ya namanya apes!
Kalau makanannya dapet dua ya rezeki itu! Dan buat gw, rezeki pantang ditolak atuh! Walaupun kita tahu pemiliknya.. Hehehehe..
Buat gw juga, itu sudah nyangkut ke dalam survival of the fittest.
Kita hidup di dunia saling jegal2an, saling sikut2an, walaupun yang kita jegal dan sikut itu adalah teman sendiri, sound like MT (makan teman), tapi ya kalau semua lurus2 saja gak ada persaingan donks? Semua mencoba bertahan, termasuk dalam makanan. Jadi, yah namanya apes dan rezeki, gak ada yang tahu. Kok kayaknya gw kejam banget yah?? Hehehe..
Anyway, gw sangat menghargai pendapat teman gw, yang kata dia menambah wawasan. Karena balik lagi semua itu ke pilihan. Pilihan untuk mengembalikan atau pilihan untuk tetap menyimpannya.
Buat dia, walaupun itu kecil (permen atau cemilan) tetap saja harus dikembalikan. Namanya juga punya orang. Permen itu sama dengan dompet, kalau hilang tetap aja ada rasa kecewa dan kehilangan.
Sementara buat gw, gw sih gak munafik, reaksi spontan gw adalah ambil barang tersebut karena secara gak langsung itu sudah jadi hak lo. Itu sudah jadi rezeki kita. Dan juga beda kadar, walau kadar itu relatif yah. Karena nyangkutin ke dompet, gw bilang kalau kadar permen dan dompet beda banget. Dompet kalau hilang kita bisa nangis2, blokir aneka kartu. Tapi kalau permen kita bisa beli lagi. Trus dia bilang, kalau permen itu dibeli dengan uang terakhir gimana? Ya jawaban gw simple: apes! Itu namanya nasib.
Terlepas dari masalah kepemilikkan, buat gw vending itu bisa juga untuk ngeliat nasib kita, hehehehe..
Kalau makanannya stuck ya namanya apes!
Kalau makanannya dapet dua ya rezeki itu! Dan buat gw, rezeki pantang ditolak atuh! Walaupun kita tahu pemiliknya.. Hehehehe..
Buat gw juga, itu sudah nyangkut ke dalam survival of the fittest.
Kita hidup di dunia saling jegal2an, saling sikut2an, walaupun yang kita jegal dan sikut itu adalah teman sendiri, sound like MT (makan teman), tapi ya kalau semua lurus2 saja gak ada persaingan donks? Semua mencoba bertahan, termasuk dalam makanan. Jadi, yah namanya apes dan rezeki, gak ada yang tahu. Kok kayaknya gw kejam banget yah?? Hehehe..
Anyway, gw sangat menghargai pendapat teman gw, yang kata dia menambah wawasan. Karena balik lagi semua itu ke pilihan. Pilihan untuk mengembalikan atau pilihan untuk tetap menyimpannya.
No comments:
Post a Comment