Kemarin malam gw berkunjung ke rumah akung (kakek, bahasa sunda) dan uti (nenek, bahasa sunda juga). Mereka sudah semakin tua tetapi Alhamdulillah secara fisik mereka masih sehat. Mentally? Jangan tanya deh, kasihan gw melihatnya, terutama akung gw itu, sudah pikun bo!
Akung gw berumur 80 tahun Desember nanti. Dahulu, beliau bekerjaa sebagai tentara di Angkatan Darat (AD). Kalau kata bokap gw sih jabatannya lumayan tinggi, termasuk orang jajaran penting lah di AD. Beliau juga pernah bekerja sebagai Sekretaris Jendral (SekJen) Departemen Penerangan pada zaman Harmoko dulu. Termasuk orang yang sangat berpengaruh dan (kalau kata bokap gw) memegang banyak rahasia penting negara. Dahulu, akung gw itu sangat sibuk! Pergi kesana kemari (termasuk ke luar negeri, dan hasilnya gw mendapat banyak oleh-oleh), rapat setiap hari, dan jarang menghabiskan waktunya bersama keluarga. Bokap gw dan kakak-kakaknya tidak begitu dekat dengan beliau (tepatnya lagi sih bokap gw tidak begitu dekat dengan keluarganya), mereka mengerti kalau beliau sibuk demi menyediakan uang untuk mereka.
Setelah akung gw itu pensiun dari Departemen Penerangan, beliau menyibukkan diri dengan Pepabri (gw lupa singkatannya apa). Lagi-lagi masa-masa itu ia sibukkan dengan bekerja. Tapi walau begitu, kita cucu-cucu nya entah kenapa bisa dekat dengan dia, termasuk gw yang pernah tinggal 4 bulanan bersama beliau dan uti gw. Yang gw inget dulu, beliau adalah teman baik Try Sutrisno (ex wapres) dan punya mobil dinas tentara yang sering kita manfaatin (gak bayar parkir dan pakai supir!). Sudah demikian, akung gw itu badannya masih gagah euy! Tegap khas tentara. Dan yang gw ingat adalah beliau tidak pernah sakit, malah sibuk mengantarkan uti gw berobat kemana-mana karena kanker.
Namun, kira-kira 5 tahun yang lalu, sehabis menjalankan oprasi (gw lupa oprasi apa), kemampuan mental akung gw semakin menurun. Yah kasarnya beliau lama kelamaan menjadi pikun dan linglung. Satu hal yang tidak pernah terbayangkan oleh kita semua. Boro-boro mengingat gw kemarin, ingat namanya saja tidak bisa. Beliau cuma kenal sama uti gw, sisanya? Ya dianggap orang lain, termasuk anak-anaknya sendiri. Kasihan deh pokoknya. Ironinya, kalau diajak berbicara, walau ngolor-ngidul, beliau akan lebih banyak bercerita tentang pekerjaannya. Mending kalau benar apa yang beliau katakan, isinya mah karangan bebas! Terserah dia lagi mood ngomong apa.
Banyak sepupu dan tante gw yang berkata kalau akung itu kena post power syndrome. Gw sering dengar kata-kata itu, cuma gw tidak tahu apakah kata itu termasuk ke dalam istilah psikologis atau tidak? Ada yang bisa membantu? I need a time to check it out on my textbook.
Banyak banget cerita lucu berkaitan dengan beliau. But 1 thing for sure, ada sebuah kisah tentang beliau dan kepikunannya yang tidak akan dilupakan oleh keluarga gw. Akung gw hilang! Hilang entah kemana. Jadi ceritanya dia pergi naik mobil (ini cerita 2 tahun lalu dan pada saat itu beliau masih bisa menyetir sendiri), sudah dilarang oleh uti gw pada awalnya, namun beliau tetap ngotot. Pada saat uti gw lagi di kamar mandi, beliau pergi. Pembantu juga tidak ada yang tahu, wong beliau buka pintu pagar sendiri. Uti gw terus menunggu kakek gw, sampai akhirnya jam 7 malaman karena belum ada kabar juga semua anaknya dipanggil. Bokap gw dan kakak-kakaknya juga panik (termasuk gw dan sepupu gw), mereka langsung menghubungi polisi, dan berkat nama besar kakek gw, dan koneksi bokap dan kakak-kakanya, polisi langsung bertindak.
Semua sudah was-was dan terus mencari tahu, bahkan tante gw sempat menggunakan jasa "orang pintar" yang tidak membantu. Sampai suatu saat tiba-tiba datanglah keajaiban, ada orang yang menelpon dan memberitahukan keberadaan akung gw itu. Ternyata akung gw nyasar sampai ke daerah Serpong - Tanggerang ujung. Jauh banget deh pokoknya. Dan medan perjalanannya termasuk berat. Selama menjemput kesana (bokap beserta kakak-kakanya dan uti gw yang menjemput), mobil mereka diikuti sama polisi untuk berjaga-jaga (Hey! our cops is good in that case. Not bad!). Alhamdulillah-nya lagi, akung gw tidak apa-apa. Beliau pada saat dijemput malah sedang duduk di balai-balai sambil dikelilingi masyarakat kampung. Seperti orang gede gitu deh akung gw itu, dan dia sangat semangat sekali bercerita. Bahkan beliau tidak mau pulang ke rumah dan memilih untuk menginap. Cuma yanga akhirnya balik jugalah.
Semenjak itu, kita semua semakin sadar kalau akung sudah bukanlah akung yang dulu. Semenjak itu pula beliau tidak boleh menyetir dan harus selalu ditemani oleh orang lain. Hal yang terjadi pada akung gw itu mengingatkan gw kalau pada dasarnya semua orang itu akan tua dan mau mengalami fase itu. Hmmm.. Bagaimana caranya supaya bokap gw tidak separah kakek gw yah? And how about me? Will i become like him?
nb: terima kasih doanya.. Saya lulus dalam mata kuliah yang hampir membuat saya menangais darah itu. Walau pas-pasan, yang penting lulus lah.
No comments:
Post a Comment