Gawat, saya harusnya mengerjakan tugas psycho-****ing-pathology yang benar-benar menguras waktu dan pikiran saya, tapi asli saat ini lagi butek!!
Saya malah sedang kepikiran dengan RUU pornografi yang sedang hot di Jakarta. Terkadang lucu saja membayangkan kemana demokrasi kita sampai-sampai prilaku kita, baik dalam berbusana ataupun cara dalam berhubungan diatur sama negara atas nama moral. Tahu tidak, waktu saya membahas ini dengan advisor saya disini, dia tertawa. Jadi malu saya.
Hey, who are we to judge what moral is??
Kenapa sih perlu mengurus hal yang tidak penting?? Saya teringat dengan pembicaraan bersama seseorang membahas hal ini. Intinya, sebenernya banyak yang harus diurusi oleh pemerintah dan dipermasalahkan oleh kalangan intelektual (atau kalangan menengah ke atas yang berpendidikan kali yah?) tapi tidak bisa ditangani oleh pemerintah. Jadi mereka malah mengalihkan perhatian masyarakat ke arah hal-hal kecil (kecil? menurut saya sih tidak sebesar apa yang sedang dihadapi negara kita) yang lebih bisa diterima oleh orang banyak. Lucu kan? Jadi menutupi sesuatu yang besar dengan sesuatu yang lebih bisa diterima. Hahaha.. Asli, itu teori saya!! Dan itu jangan dianggap serius, wong cuma pemikiran doang tanpa ada bukti. Hihihi..
Soalnya saya sebel, kenapa sih orang kita kayaknya salah persepsi begitu. Pertanyaan pertama yang harus dilontarkan adalah: Apakah kita negara Islam? Sampai-sampai semuanya harus berbau Islam. Don't get me wrong, i'm moeslem. Tapi saya tidak suka kalau islam diasosiasikan dengan peraturan-peraturan yang sangat ketat.
Apakah karena saya ber-sekolah di Australia pikiran saya jadi berubah? Saya tidak mempermasalahkan masuknya playboy di Indonesia. Apa kaitan majalah itu dengan moral? Kalau memang punya moral, ya sudah tidak usah membeli. Nah, yang membeli itu baru deh ditanya, tujuannya apa. Setau saya, masih banyak majalah yang intinya sama dengan playboy tapi tidak diprotes. Lucunya, saya pernah mendengar seseorang berkata: "Yang penting namanya bukan playboy, isinya tidak apa-apa, asal namanya diganti karena nama itu memiliki konotasi jelek." Hahaha.. Hanya masalah nama toh??
Tapi, saya sebal sekali terhadap orang-orang yang mau menghilangkan pornografi dengan cara anarki. Nah, itu bisa ditanya kan? Kemana moral mereka?
Saya juga tidak mempermasalahkan Tiara menjadi cover playboy, itukan artinya dia diakui di tingkat internasional. Saya salut sama dia. Dia berani, berani menjadi dirinya sendiri. Berani maju, walau ternyata orang kita belum bisa menerima kemajuan itu.
Saya tidak mempermasalahkan Indonesia ikut Miss Universe. Tahu tidak kalau Malaysia itu negara Islam, dan mereka mengirimkan wakilnya ke ajang Miss Universe dan mereka tidak mengatur cara berpakaian masyarakatnya. Itu kembali ke pilihan masing-masing. Kita bukan negara islam tapi kenapa kita tidak mengirimkan wakil kita? Kalian tahu tidak, waktu Artika Sari Dewi menjadi 15 besar Miss Universe dan menjadi satu-satunya orang Asia pada saat itu, saya dan teman-teman loncat-loncat. Itu kan artinya orang Indonesia sudah diakui di dunia internasional. Itu membawa nama negara loh! Bangga sekali saya kepada dia. Begitu piciknya pikiran orang-orang sampai-sampai Artika dituduh mencari popularitas untuk dirinya sendiri. You go Artika! And you go Nadine!!
Saya tidak mempermasalahkan goyangan Inul, walaupun saya menganggap dia norak dan saya tidak suka. Saya melihat itu masih wajar dan tidak ada kaitannya sama moral. Kalau ada yang menjadi terangsang gara itu, berarti orangnya saja yang tidak bisa menahan dan mencari pelarian biar tidak disalahin.Saya tertawa waktu ada cerita dia mau diusir dari Jakarta dan mau dilarang untuk "ngebor" di Jakarta. Ya ampun, picik sekali.
Tapi, saya juga sadar, pemikiran saya ini berbeda dengan banyak orang. Mungkin pemikiran saya mewakili teman-teman saya yang seumuran, tapi tidak dengan orang yang lebih tua. Buktinya, saya berbeda pendapat dengan ibu saya. Hahaha.. Ya sudahlah, bedap pendapat belum tentu jelek kan?
Tapi seru juga kalau beda persepsi kali yah. Persepsi orang itu kan beda-beda, saya melihat foto Anjasmara sebagai seni, dan orang melihatnya sebagai pornografi. Kalau kata ibu saya, Anjas bodoh karena mau berpose seperti itu, tapi saya bingung, bukannya itu seni? Bagus gituloh fotonya! Nah seni dan pornografi beda tipis donks? Lalu bagaimana kita menyamakannya?? Apakah dengan peraturan?? Aduh, kasihan sekali kita, bahkan untuk memiliki persepsi sendiri pun tidak boleh.
No comments:
Post a Comment