Trust No 1. Itu salah satu quote dari The X-Files yang saya suka. Menurut saya, kalimat itu bisa mempunyai 2 meaning yang berbeda kalau diinterpretasikan ke bahasa Indonesia (menurut saya yah, interpretasi saya sedikit ngasal pula. Hihihi..). Trust no one (jangan percaya siapa pun) atau Trust number one (kepercayaan itu paling penting). Anyway, saya bukan mau membahas The X-Files kok, saya hanya mau membicarakan masalah kepercayaan.
Kemarin ini, ketika saya chat dengan keluarga saya di Jakarta, saya dan adik saya, Ifa, membicarakan masalah kepercayaan. Dia bertanya: "Mbak, gimana sih supaya bisa dipercaya sama mama dan papa?" "Mbak, gimana caranya supaya mama papa bisa percaya sama Dewa (adik saya yang satu lagi)?"
Hahaha.. Saya hanya bisa tertawa mendengar itu. Saya tahu kalau orang tua saya mengalami kesulitan untuk mempercayai kedua adik saya itu, tapi saya juga tahu alasan mereka, walau alasan mereka sedikit berlebihan buat saya, tapi saya mengerti lah, namanya juga kekhawatiran orang tua. Ifa, tidak diizinkan kuliah di luar, jangankan untuk kuliah di Australia seperti saya ini, kuliah di Bandung saja tidak boleh. Harus di Jakarta. Alasannya: Adik saya itu belum bisa menjaga diri dan gampang sekali terpengaruh oleh orang lain. Saya tahu adik saya itu memang demikian adanya, tapi saya juga yakin kalau dia bisa belajar dan berubah. At least dia harus kena "getah"nya dulu baru bisa berubah. Tapi entahlah, nampaknya orang tua saya belum bisa percaya dan adik saya itu juga belum bisa meyakinkan orang tua saya kalau dia itu sudah besar. Ifa juga susah sekali berbicara kepada orang tua saya, saya menjadi mediator mereka. Saya yang mengutarakan apa yang Ifa mau kepada orang tua saya. Nah, gimana orang tua saya mau percaya kalau si Ifa jarang sekali mengatakan sesuatu kepada mereka. Lucunya, ibu saya sering tahu kalau Ifa sedang ada masalah (kata ibu saya: "Kelihatan dari wajahnya!"), tapi Ifa as usual tidak mau menceritakan apa-apa. Ibu saya langsung menyuruh saya untuk bertanya kepada Ifa. Walau lewat SMS, Ifa langsung menceritakan apa yang terjadi kepada saya. Hahaha.. Saya langsung tertawa, dan akhirnya saya mencoba meyakinkan dia untuk berbicara pada ibu. Hasilnya: berhasil!! Hahaha.. Tetap melalui saya sebagai penengah.
Dewa, si laki-laki bungsu dalam keluarga, lagi dalam masa puber. Lagi zamannya abg. Orang tua saya takut sekali kalau dia kenapa-kenapa dalam pergaulan, soalnya bapak saya zaman mudanya sangat bandel jadi beliau takut karma (hihihih..!!). Dewa itu keras kepala, susah sekali dibilangin. Biasanya dia hanya nurut sama saya (itu juga karena dia manja sekali sama saya), tapi semenjak saya kuliah di sini, dia semakin tidak bisa dibilangin. Tapi susah juga yah, kalau dia dilarang nanti semakin menjadi-jadi. Hahaha.. Saya bilang saja kepada orang tua saya, biarkan saja dia nanti juga cerita sendiri. Hehehe.. Dahulu, selain ke saya, dia juga dekat dengan papa saya. Tapi sekarang papa saya semakin sibuk dan sudah jarang menghabiskan waktu bersama dia lagi.
Kalau saya, hmm.. Saya juga bingung kenapa orang tua saya percaya sama saya. Dan hasilnya: saya tidak mau mengecewakan mereka. Sekalinya saya berbohong, waduh bisa terbawa mimpi!! I'm feeling guilty. Kenapa yah mereka percaya? Pernah ibu saya bilang, kalau saya itu orangnya punya pendirian, tidak gampang terpengaruh. Lalu saya itu bisa mandiri, tidak tergantung dengan orang lain, bagi saya, pergi sendiri itu tidak masalah (sementara buat adik saya itu menjadi masalah). Hahaha.. memang saya begitu yah??
Anyway, kepercayaan itu penting yah. Dasar dari segalanya, apalagi dalam kehidupan sehari-hari, atau dalam masalah pertemanan, pacaran, sampai pernikahan. Rasa percaya itu dasarnya. Coba, mana mungkin kita curhat kalau tidak percaya sama teman!
It takes times to develop trust. And we have to try it hard to gain trust from others.
Kalau kita belum bisa percaya sama seseorang, mana mungkin kita bisa membiarkan orang itu masuk ke dalam lingkungan kita?
lalu..
Untuk orang tua: Kalau mereka belum bisa percaya sama kita, mana mungkin mereka melepaskan kita pergi?
No comments:
Post a Comment