Sekitar 4 hari yang lalu, saya mendapat kabar duka dari seorang sahabat, Ima. Ayahnya menginngal dunia! Pagi-pagi setelah mengantar adik ke sekolah dan mama ke kantor, saya pun ke rumahnya. Rina, sahabat saya yang lain sudah ada disana untuk menemani Petty. Dan tidak lama kemudian, Tiwi, sahabat saya yang lain datang menyusul. Singkat kata, kami serasa melakukan reuni setelah sekian lama berpisah. Ironi sekali, dibutuhkan suatu pemakaman untuk mengumpulkan kami semua. Ima memang terlihat sedih, namun dari ceritanya saya tahu kalau dia telah siap ditinggalkan oleh ayahnya. Dan dia merasa terhibur sekali dengan kedatangan kami semua lengkap. Dia bercerita tentang ayahnya yang memang sudah lama sakit. Dan sebenarnya ayahnya itu selalu menyimpan sendiri penyakitnya, beliau tidak ingin yang lain tahu tentang penyakitnya. Ima memang tidak terlalu dekat dengan ayahnya, tapi dia adalah satau-satunya yang sempat menjenguk ayahnya di rumah sakit sebelum beliau meninggal.
Pulang dari rumah Ima, pikiran saya berlalu ke papa saya tercinta. Beliau jarang sekali mengeluh sakit. Selalu 'sok' sehat di hadapan kami semua. Kalaupun sakitnya rada parah, susah sekali mengajak beliau untuk cek up ke dokter. Ibu saya sampai nyerah dengan ke-keras kepala-an papa itu. Saya berpikir, mungkin tidak yah papa saya itu takut ke dokter atau mempunyai trauma soal dokter? Apa tidak mau mengeluarkan biaya (yang ini saya meragukan, soalnya saya dan adik saya seringkali sakit sedikit langsung ke dokter, dan kalau tidak salah, biaya dokter diganti oleh kantor papa)?
Kalau dirunut, waktu kecil papa saya itu seringkali berurusan dengan dokter. Dari mulai kesiram air panas, sampai karena kecelakaan besar yang mengakibatkan dirinya koma selama 40 hari. Akibat dari kecelakaan itu, papa saya mempunyai pitak dan bekas jahitan dimana-mana. Tapi kecelakaan itu terjadi pada saat beliau duduk di kelas 3 SMP, sudah lama berlalu. Selain itu, 1 tahun yang lalu beliau sempat menjalani operasi mata kok. Jadi tidak mungkin beliau trauma dengan dokter. Mungkin malas yah? Soalnya saya tahu beliau juga tidak mau ke dokter gigi. Terakhir dibawa ke dokter gigi kata ibu saya beliau punya bolang yang banyak, sampai-sampai dokter gigi-nya mengomel pada papa.
Ada satu cerita yang sempat membuat saya lemas bukan kepalang. Papa kena serangan jantung! Sebenarnya entah itu serangan jantung atau bukan, yang jelas beliau merasa jantungnya sakit dan badannya panas dingin. Kalau kata ibu saya sih, setelah browsing di internet, itu merupakan ciri-ciri serangan jantung. Hebatnya dan ngaconya papa saya itu, beliau menolak keras untuk dibawa ke rumah sakit! Hiya..! Tinggal ibu saya saja yang panik. Entar kalau ada kompilasi bagaimana? Kan bisa tambah parah!
Memang papaku itu sang jagoan! Tidak masalah sebagaimana sakitnya, beliau menolak untuk dibawa ke rumah sakit, lebih tepatnya, menolak merepotkan orang lain. Tapi justru sikap beliaulah yang membuat kami semua khawatir. Papa.. Papa.. Dasar jagoan! Tapi ingat loh pa, superman aja bisa tumbang sama batu kryptonite.
No comments:
Post a Comment